Langit menjadi saksi atas kejadian yang
menimpa seorang ibu yang selalu tabah dan ikhlas akan segala cobaan yang terus
datang bertubi tubi tanpa kenal kasihan. Do'a dan senyumnya tak pernah hilang
meski hatinya terluka. Cinta dan kasih sayangnya tak pernah pudar walau sang
anak terus melukai hatinya.
Allah maha adil. Ia selalu berada disisi orang
orang yang soleh dan soleha. Mengabulkan do'a do'a tulus yang dipanjatkan
kepada-Nya.
Bu
Ratih, janda satu anak. Dia sangat menyayangi anaknya. Anaknya selalu berbuat
baik, tak pernah lupa untuk beribadah, selalu patuh perintah agama. Tapi tidak
setelah kejadian yang menimpah keluarganya. Dia frustasi. Hatinya tak sanggup
menghadapi cobaan yang tiada hentinya..
***
Teman temannya terus berlalu lalang didepan
Randy. Beberapa dari mereka terus menggujningkan tentang keluarganya yang
hancur. Randy tak memperdulikannya. Hingga ada 2 orang remaja yang menyalahkan
ibunya atas apa yang terjadi pada keluarganya. Randy sedari tadi duduk
termenung ditepi lapangan baset, sontak berdiri dan memaki mereka.
"Kalian tau apa tentang kaluargaku
hah? Ini bukan salah ibuku. Kalian boleh menghinaku, tapi tidak dengan
ibuku"
Bruak.. Satu pukulan mendarat tepat diwajah
salah satu temannya. Lalu Randy memukul teman lain yang menjadi lawan bicara
temannya tadi. Perkelahian hebatpun terjadi. Beruntung anak anak yang kala itu
sedang bermain basket langsung memisahkan mereka.
Siangnya Randy dipanggil keruang BP.
"Ini sudah bukan pertama kalinya kamu
berkelahi disekolah. Kami sudah bosan meperingatkanmu."
"Tapi pak.."
"Diam kamu. Harusnya kamu lebih bisa
mengontrol emosi kamu. Mereka hanya menggunjingmu, tidak melukaimu. Karna itu
dengan terpaksa saya harus mengeluarkanmu dari sekolah"
***
Bu Ratih, ibunda Randy sedang sibuk merapikan ruang tamu
sambil bersolawat. Suaranya yang indah mampu menyejukan hati siapapun yang
mendengarnya. Senyuman manis selalu terpampang jelas diwajahnya meski beban
kehidupan terus menggerogoti hati dan pikirannya.
"Randy? Kamu sudah pulang? Cepat makan. Ibu sudah
menyiapkan makanan untukmu"
"Maafkan aku, Bu" Randy memeluk Ibunya erat. Hal
itu membuat ibunya merasa gelisah karna tidak biasanya Randy seperti itu.
"Kamu kenapa? Kalo ada masalah, cerita sama ibu."
"Maafkan aku, bu. Aku berkelahi disekolah dan kepala
sekolah mengeluarkanku. Aku hanya tidak mau mereka menyalahkanmu, bu. Aku benar
benar minta maaf, bu.."
Tak terasa air bening dari mata sang ibu kini sudah
membasahi pipinya. Ia terkejut. Hatinya terasa lara. Namun bu Ratih berusaha
tetap tegar.
"Sudahlah, Randy. Kalo kamu mau, nanti ibu akan
mencarikan sekolah baru untukmu." Senyuman indah terukir indah diwajah
indahnya..
Randy tersenyum tipis dan mempererat pelukannya.
"Terima kasih, bu"
***
Belum kering air mata dipipinya, kini masalah baru datang.
Pak Ridwan selaku ayah Randy datang kerumah untuk mengambil barang barang
miliknya.
"Untuk apa kau kesini? Kami sedang tidak ingin menerima
tamu sepertimu." Ucap Randy lantang.
"Aku hanya ingin mengambil milikku. Surat tanah rumah
ini atas namaku. Aku berhak mengambilnya"
Keributanpun tak bisa dihindari lagi. Pak Ridwan beberapa
kali mendapat bogem mentah dari sang anak. Wajahnya babak belur dipukul.
Sementara hidung Randy terus mengeluarkan darah segar.
"Pergi kau dari sini sekarang!" Teriak Randy
sambil memberikan pukulan terakhirnya.
Bisik bisik tetanggapun mulai membuat panas telinga remaja
labil itu. Hatinya terluka. Pikirannya kacau. Jiwanya hancur.
***
Selang beberapa hari dari kejadian itu, gunjingan tetangga tiba
tiba membuat panas telinga bu Ratih. Banyak yang melihat Randy mencuri, mabuk
mabukan, dan pepergian malam dengan seorang tante tante.
"Ya Allah. Kuatkanlah hati hambamu ini. Hamba memohon
ampunanmu. Ampunilah dosa anak hamba. Sadarkanlah ia."
Air mata bu Ratihpun tak terbendung lagi saat melihat
anaknya pulang dengan wajah penuh luka memar..
"Kamu kenapa, nak..? Kamu berkelahi lagi? Astaghfirullah.. Ibu mohon, nak..
Berhentilah bersikap seperti ini"
Randy hanya tertunduk tak kuasa melihat wajah ibunya.
"Assalamu'alaikum.." Suara seseorang didepan rumah
mengejutkan mereka berdua.
"Wa'alaikumsalam. Ada apa ya?"
"Permisi, bu. Kami dari pihak kepolisian datang untu
menangkap saudara Randy atas tuduhan pencurian disebuah supermarket"
Seperti ada ribuan belati menusuk jantung bu Ratih. Cobaan
yang tak ada hentinya terus datang mengahmpirinya. Tangisnyapun pecah. Randy
membatu. Ia tak tega melihat ibunya menangis.
"Saudara Randy, mari ikut kami kekantor polisi"
***
Satu hari ia lewati. Satu minggu ia jalani. Hingga satu
bulan anak satu satunya kembali kerumah.
"Ibu.. Maafkan Randy, bu. Randy hanya frustasi karna
semua yang terjadi pada keluarga kita. Randy janji gak akan mnegulanginya
lagi" Randy memeluk erat sang ibu yang masih menggunakan mukena. Ia tersenyum
dan membalas pelukan sang anak.
"Ibu selalu berdo'a pada Sang Maha Kuasa. Agar kamu
diberi ketabahan dalam mengahadapi segala cobaan. Ibu sangat merindukan putra
ibu yang dulu. Putra ibu yang tak pernah berkelahi. Putra ibu yang selalu
menolong sesama. Putra ibu yang gak pernah meninggalkan sholat. Putra ibu yang
yang selalu patuh perintah agama."
Air mata Randy mulai membasahi mukena bu Ratih.
"Randy akan berusaha jadi putra ibu yang dulu. Ibu
bantu Randy ya?"
Bu Ratih tersenyum lebar mendengar ucapan putranya.
***
Allah mengabulkan do'a bu Ratih. Randy kembali jadi anak
yang baik seperti dulu. Dia tak lagi keluar malam untuk poyah poyah, tak lagi
terdengar bisik bisik tetangga yang membuat panas hati dan telinga. Dan Randy
kembali masuk sekolah disekolah baru.
Sungguh kuat hati sang ibu. Menahan rasa sakit yang terus menyiksanya.
Do'a nya selalu dipanjatkan. Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya. Meski
cobaan yang dihadapi begitu berat. Terima kasih ibu.. Aku menyayangimu dengan
segenap hatiku..