Seperti dandelion,
wanita itu rapuh. Seperti dandelion, wanita ingin diperhatikan. Seperti
dandelion, wanita ingin dilindungi. Seperti dandelion yang tertiup angin,
terombang ambing tak tentu arah.
Fina. Gadis jelita penyuka bunga ini tak percaya adanya
cinta senjati. Yang ia tahu, saat si perempuan terpuruk, 'yang mengaku' sebagai
kekasihnya akan meninggalkannya. Menurutnya gadgetnya lebih setia dari pada
laki laki diluar sana. Hinggga seorang pria berna Randy datang dan menghapus
pendapatnya tentang cinta sejati.
"Kamu lagi ngapain?" Tanya Randy yang melihat Fina
tengah sibuk dengan gadgetnya.
"Ah, ini, aku lagi buat artikel tentang filosofi
dandelion" Jawab Fina sedikit kaget
"Dandelion? Kamu suka bunga dandelion? Itu kan bunga
liar"
"Memangnya kenapa kalo itu bunga liar? Mereka terlihat
cantik. Dan rencananya aku mau mengumpulkan beberapa bunga dandelion yang ada
dipinggir jalan sana untuk kubawa pulang"
"Bawa pulang? Jangan bercanda. Dandelion itu kan rapuh.
Tertiup angin aja udah rusak. Gimana mau bawanya?"
Fina mengeluarkan sebuah benda yang terbuat dari kaca dari
dalam tasnya.
"Liat. Aku udah bawa toples untuk menaruhnya. Jadi
bunganya gak akan rusak"
"Ada ada saja kau ini"
***
Ketika angin bertiup, beberapa kelopak bunga mulai
berterbangan tak tentu arah. Menghipnotis siapapun yang melihat pemandangan
indah tersebut. Tak terkecuali Fina yang sedang berusaha keras memetik bunga
dandelion tanpa merusaknya. Sudah lebih dari 5 kali dia mencobanya, tapi selalu
gagal.
"Hahaha.. Gimana? udah banyak dandelion yang mau dibawa
pulang" Ejek Randy yang tiba tiba datang entah dari mana.
"Hei! Kalo kamu gak mau bantu aku, seenggaknya
menggangguku" Fina berusaha untuk tetap konsentrasi memetik bunga itu.
"Sudahlah, kamu gak aka bisa memetik dandeli.."
"Yeah! Berhasil! Akhirnya aku bisa memetiknya tanpa
merusaknya"
"Baru satu aja udah bangga. Aku bisa metik lebih
banyak dari ka.."
"Buktikan!"
"Oke. Tapi kalo aku bisa, kamu harus jadi pelayanku
selama seminggu"
"Ya ya ya.. Buktikan"
Randy paling tidak suka diremehkan, apalagi oleh seorang
perempuan. Antara yakin dan tidak yakin, Randy berusaha melakukannya. Namun,
baru selangkah ia maju, kakinya tersandung dan ia jatuh ditempat dandelion
dandelion itu berada. Hingga membuat dandelion dandelion itu rusak, termasuk
yang dandelion yang susah payah Fina petik.
"Dandelionku.." Fina sedih melihat dandelionnya
yang telah rusak.
"Uhm.. Maaf, aku gak sengaja"
"Aku gak mau tahu. Karna kamu udah ngerusak semua
dandelion disini, kamu harus nerima hukuman"
"Hukuman? Hukuman apa? Ini kan cuma bunga liar. Masa
aku harus dapet hukuman"
"Kamu harus kumpulin bunga dandelion dan kasih ke aku
setiap hari sabtu. Titik"
"What? Kamu bercanda? Aku harus ngambilin bunga
dandelion ini dipinggir jalan sendirian?"
Fina tidak menggubrisnya. Dia langsung pergi dengan kesal.
***
Randy terus meratapi nasibnya yang harus jongkok dipinggir
jalan dan memetik dandelion setiap hari sabtu. Bila tidak dituruti, Fina akan
mengadukannya pada orang tuanya. Dia tidak ingin orang tuanya datang dan
menjemputnya.
"Ah.. Yang benar saja.. Haruskah aku..?"
'And at last I see the
light
And it's like the fog
has lifted
And at last I see the
light
And it's like the sky
is new'
"Hallo. Dengan Randy disini"
"Maaf, mas. Saya dari kepolisian. Saya ingin
memberitahu bahwa saudari Fina mengalami kecelakaan. Dan sekarang ia dirawat
dirumah sakit Bakti Husada. Saya minta tolong kepada anda untuk memberitahukan
kepada keluarganya"
"Fi-fina? Uhm.. Terima kasih, pak atas kabarnya"
Randy langsung berlari kemotornya dan langsung tancap gas menuju rumah sakit.
***
Randy tak kuasa menahan tangis ketika meihat orang yang
disayang terkulai lemah dengan beberapa alat dokter ditubuhnya.
"Fina.. Maafkan aku"
"Permisi, mas. Apa Anda saudara keluarga saudari
Fina?" Tanya seorang dokter.
"Saya teman kuliahnya, dok" Jawab Randy sambil
menyeka air matanya.
"Saudari Fina mengalami luka yang cukup serius sehingga
harus mendapatkan perawatan intensif. Kini saudari Fina sedang mengalami koma.
Saya hanya bisa berdo'a semoga Tuhan memeberi kekuatan pada saudari Fina agar
dapat kembali sadar."
"Koma, dok?" Air mata Randy tak dapat dibendung
lagi. Ia menangis sejadi jadinya tanpa memperdulikan keadaan disekitar.
"Sabar ya, mas. Fina pasti bisa sembuh. Saya harus
pergi. Jika ada perkembangan sedikit apapun, cepat hubungi saya"
Randy tidak menghiraukan perkataan dokter tersebut. Dia
langsung masuk keruang tempat Fina dirawat.
"Fina.. Sadarlah..Aku mohon"
***
Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi disatu detik
mendatang. Kita juga tak bisa menyesal dan berharap bisa memutar balikan waktu.
Setelah kejadian itu, setiap hari sabtu Randy membolos untuk
memetik bunga dandelion untuk diberikan kepada Fina yang masih koma dirumah
sakit.
Satu bulan sudah berlalu. Kini, kamar Fina penuh dengan
bunga dandelion lengkap dengan toplesnya pemberian Randy.
"Fin.. Aku bawain bungan dandelion lagi nih untuk kamu.
Kamu cepet sadar ya. Supaya aku bisa ceritain semua pengalamanku saat memetik
bungan liar ini. Mulai dari tersiram air dijalan, dimarahin satpam, sampai
hampir tertabrak truk. Untung aku hebat, jadi bisa menghindar. Hehe" Randy
selalu bercerita banyak hal pada Fina. Walau dia tahu Fina tak akan menyahut
walau hanya satu kata.
Randy menggenggam erat tangan Fina dan menciuminya.
"Kamu cepet sadar donk. Aku gak bisa kayak gini terus.
Aku.. Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu"
"Bener kamu sayang sama aku?"
"Fina? Kamu udah sadar?"
"Fina sudah sadar dari tadi malam. Dia terus nyariin
kamu" Ucap Ibu Fina yang tiba tiba datang.
"Kok gak ada yang ngabarin aku?"
"Aku yang nyuruh.. Cepet jawab. Kamu bener sayang sama
aku? Karna aku.. Aku juga sayang sama kamu."
"Iya, aku sayang sama kamu. Sayang banget.."
Randy memeluk Fina tanpa merasa malu pada orang tuanya. Yah,
memang orang tuanya sudah tahu tentang kedekatan mereka.
Epilog
"Mau kita kasih nama apa anak kita ini?" Tanya
Fina pada Randy
"Bagaimana kalo dandelion. Supaya dia bisa bikin
mamanya senang"
"Kamu ini.. Tapi oke juga"
"Pagi Dandelion. Kalo udah besar, jangan nakal ya kayak
mama kamu" Fina mencubit Randy karna ucapannya
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar