"Ibu. Mengapa mereka membenciku? Apa karena aku ini
tidak bisa melihat seperti mereka?" Ujar seprang gadis kecil.
"Percayalah, Sarah. Mereka hanya iri kepadamu. Jadi
mereka berusaha menjatuhkanmu. Agar mereka tak memiliki saingan seberat dirimu.
Kamu harus buktikan pada mereka, kamu itu anak yang kuat dan gak akan
nyerah" Jawab wanita yang berada didepannya.
"Benarkah? Baiklah. Kalo gitu Sarah akan jadi orang
yang hebat."
"Tentu saja. Ibu yakin kamu bisa"
Wanita itupun melanjutkan pekerjaan. Memasukan sampah demi
sampah kedalam keranjang ditengah teriknya kota Jakarta. Melakukannya tanpa
rasa malu ataupun gengsi. Beruasaha mendapatkan sesuap nasi sambil menjaga anak
tunggalnya. Keringat, bau busuk sampah, hinaan, itu hal yang biasa. Tanpa
seorang suami yang membantu.
"Ibu rasa ini sudah cukup banyak. Ayo kita pulang"
Ujar sang ibu.
"Iya, bu. Sarah sudah sangat lapar"
Sang ibu termenung mendengarnya. Pasalnya dia bahkan tak
punya uang sepeserpun untuk membeli sebungkus nasi atau air minum.
"Ibu.. Mengapa ibu dia saja? Apa ibu kelelahan? Ibu
harus makan yang banyak supaya ibu jadi semangat lagi"
Senyuman itu. Senyuman gadis itu justru membuat Bu Rasih tak
lagi dapat membendung air matanya.
"Iya Sarah. Kita pulang sekarang ya?"
"Kenapa suara ibu serak? Ibu sakit?"
"Ibu hanya haus. Kita harus cepat pulang agar bisa
minum"
***
Sesampainya dirumah, ibu Rasih semakin pusing harus memberi
makan apa anaknya. Hanya ada roti kedaluarsa dan air gentong didapur.
"Haruskah aku memberikannya pada Sarah? Aku takut ia
sakit perut. Jika tidak ku berikan, dia tidak bisa makan. Ya Tuhan.. Bantulah
hambamu ini"
Bu Rasih sangat terpaksa memberikan makan itu pada Sarah.
Dia tidak ingin anaknya bersedih.
"Sarah. Ibu hanya punya roti. Gak pa apa kan?"
"Gak apa apa kok, bu. Bisa makan bareng ibu aja Sarah
udah seneng. Ayo, ibu juga makan"
"Iya, ini ibu makan"
Hati bu Rasih terenyuh mendengar kata kata Sarah. Terkadang
ia merasa beruntung Sarah tidak bisa melihat. Jadi Sarah takkan tau ibunya tidak
makan.
"Gimana, bu. Tubuh ibu sudah baikan? Ibu harus minum
supaya ibu gak serak lagi."
"Iya Sarah. Rasanya ibu kenyang sekali"
Yang bu Rasih inginkan hanyalah kebahagiaan Sarah. Bukan
harta berlimpah ataupun pakaian mewah. Melihat Sarah tersenyum saja bu Rasih
sudah senang. Meski harus berpuasa berhari hari.
***
Hari kemarin telah berlalu. Hanya kesedihan yang masih setia
menemani keluarga ini. Hari ini mereka tidak bekerja. Ibu Rasih sakit parah.
Dia tidak makan selama seminggu. Tubuhnya lemah tak berdaya. Dia tak punya
cukup uang untuk kerumah sakit.
"Ibu harua kuat. Sarah sayang ibu. Ibu jangan tinggalin
Sarah ya"
Ucapan penyemangat dari mulut mungil Sarah selalu menjadi
semangat untuk bu Rasih.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
"Biar Sarah yang buka pintunya."
Sarah sudah hafal tata letak rumah ini. Dia bisa membukakan
pintu tanpa menabrak apapun.
"Sarah..? Anak Ayah" Ucap pria dibalik pintu
"Ayah?" Sarah masih mengingat dengan jelas suara
ayahnya.
"Ibu.. Ayah pulang, bu. Ayah pulang."
"Mana ibunya?"
"Ibu dikamar. Sedang sakit. Ayah ayo masuk"
Pak Fino langsung masuk untuk melihat keadaan bu Rasih.
"Ibu? Ini ayah bu. Ayah udah pulang. Ayah juga udah
jadi orang sukses. Kita akan tinggal dirumah baru yang lebih bagus. Ayah juga
sudah punya uang untuk operasi Sarah. Ada orang dermawan yang memberikan ayah
semua ini. Juga ada seorang gadia yang mau mendonorkan matanya untuk
Sarah"
"Alhamdulillah"
***
10 Tahun sudah berlalu. Sarah, gadis kecil yang selau
dijauhi teman temannya kini sudah tumbuh besar. Dia menjadi orang yang berguna
bagi orang lain. Mengobati tanpa meminta bayaran. Seorang dokter berhati mulia.
"ini, dok. Saya hanya punya uang 20 ribu."
"Gak usah. Uang ini ibu pegang aja untuk makan anak
ibu. Saya ngobatin ibu bukan karena uang. Tapi saya ingin semua warga disini
selalu dalamkeadaan sehat"
"Terima kasih ya, dok. Terima kasih banyak.."
"Iya, bu.."
"Ibu. Lihatlah. Sarah sudah menjadi orang sukses. Sarah
membuktikan pada mereka bahwa Sarah tidak mudah disingkirkan. Sarah tidak
pernah menyerah pada apapun. Sarah harap, ibu bahagia dialam sana. Sarah janji,
Sarah akan selalu jaga Ayah"
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar