Cari...

Kamis, 14 Januari 2016

Terima Kasih Ibu

Langit menjadi saksi atas kejadian yang menimpa seorang ibu yang selalu tabah dan ikhlas akan segala cobaan yang terus datang bertubi tubi tanpa kenal kasihan. Do'a dan senyumnya tak pernah hilang meski hatinya terluka. Cinta dan kasih sayangnya tak pernah pudar walau sang anak terus melukai hatinya.
 Allah maha adil. Ia selalu berada disisi orang orang yang soleh dan soleha. Mengabulkan do'a do'a tulus yang dipanjatkan kepada-Nya.

 Bu Ratih, janda satu anak. Dia sangat menyayangi anaknya. Anaknya selalu berbuat baik, tak pernah lupa untuk beribadah, selalu patuh perintah agama. Tapi tidak setelah kejadian yang menimpah keluarganya. Dia frustasi. Hatinya tak sanggup menghadapi cobaan yang tiada hentinya..
***
Teman temannya terus berlalu lalang didepan Randy. Beberapa dari mereka terus menggujningkan tentang keluarganya yang hancur. Randy tak memperdulikannya. Hingga ada 2 orang remaja yang menyalahkan ibunya atas apa yang terjadi pada keluarganya. Randy sedari tadi duduk termenung ditepi lapangan baset, sontak berdiri dan memaki mereka.
"Kalian tau apa tentang kaluargaku hah? Ini bukan salah ibuku. Kalian boleh menghinaku, tapi tidak dengan ibuku"

Bruak.. Satu pukulan mendarat tepat diwajah salah satu temannya. Lalu Randy memukul teman lain yang menjadi lawan bicara temannya tadi. Perkelahian hebatpun terjadi. Beruntung anak anak yang kala itu sedang bermain basket langsung memisahkan mereka.

Siangnya Randy dipanggil keruang BP.

"Ini sudah bukan pertama kalinya kamu berkelahi disekolah. Kami sudah bosan meperingatkanmu."

"Tapi pak.."

"Diam kamu. Harusnya kamu lebih bisa mengontrol emosi kamu. Mereka hanya menggunjingmu, tidak melukaimu. Karna itu dengan terpaksa saya harus mengeluarkanmu dari sekolah"

***

Bu Ratih, ibunda Randy sedang sibuk merapikan ruang tamu sambil bersolawat. Suaranya yang indah mampu menyejukan hati siapapun yang mendengarnya. Senyuman manis selalu terpampang jelas diwajahnya meski beban kehidupan terus menggerogoti hati dan pikirannya.

"Randy? Kamu sudah pulang? Cepat makan. Ibu sudah menyiapkan makanan untukmu"

"Maafkan aku, Bu" Randy memeluk Ibunya erat. Hal itu membuat ibunya merasa gelisah karna tidak biasanya Randy seperti itu.

"Kamu kenapa? Kalo ada masalah, cerita sama ibu."

"Maafkan aku, bu. Aku berkelahi disekolah dan kepala sekolah mengeluarkanku. Aku hanya tidak mau mereka menyalahkanmu, bu. Aku benar benar minta maaf, bu.."

Tak terasa air bening dari mata sang ibu kini sudah membasahi pipinya. Ia terkejut. Hatinya terasa lara. Namun bu Ratih berusaha tetap tegar.

"Sudahlah, Randy. Kalo kamu mau, nanti ibu akan mencarikan sekolah baru untukmu." Senyuman indah terukir indah diwajah indahnya..

Randy tersenyum tipis dan mempererat pelukannya.

"Terima kasih, bu"

***

Belum kering air mata dipipinya, kini masalah baru datang. Pak Ridwan selaku ayah Randy datang kerumah untuk mengambil barang barang miliknya.

"Untuk apa kau kesini? Kami sedang tidak ingin menerima tamu sepertimu." Ucap Randy lantang.

"Aku hanya ingin mengambil milikku. Surat tanah rumah ini atas namaku. Aku berhak mengambilnya"

Keributanpun tak bisa dihindari lagi. Pak Ridwan beberapa kali mendapat bogem mentah dari sang anak. Wajahnya babak belur dipukul. Sementara hidung Randy terus mengeluarkan darah segar.

"Pergi kau dari sini sekarang!" Teriak Randy sambil memberikan pukulan terakhirnya.

Bisik bisik tetanggapun mulai membuat panas telinga remaja labil itu. Hatinya terluka. Pikirannya kacau. Jiwanya hancur.

***

Selang beberapa hari dari kejadian itu, gunjingan tetangga tiba tiba membuat panas telinga bu Ratih. Banyak yang melihat Randy mencuri, mabuk mabukan, dan pepergian malam dengan seorang tante tante.

"Ya Allah. Kuatkanlah hati hambamu ini. Hamba memohon ampunanmu. Ampunilah dosa anak hamba. Sadarkanlah ia."

Air mata bu Ratihpun tak terbendung lagi saat melihat anaknya pulang dengan wajah penuh luka memar..

"Kamu kenapa, nak..? Kamu berkelahi  lagi? Astaghfirullah.. Ibu mohon, nak.. Berhentilah bersikap seperti ini"

Randy hanya tertunduk tak kuasa melihat wajah ibunya.

"Assalamu'alaikum.." Suara seseorang didepan rumah mengejutkan mereka berdua.

"Wa'alaikumsalam. Ada apa ya?"

"Permisi, bu. Kami dari pihak kepolisian datang untu menangkap saudara Randy atas tuduhan pencurian disebuah supermarket"

Seperti ada ribuan belati menusuk jantung bu Ratih. Cobaan yang tak ada hentinya terus datang mengahmpirinya. Tangisnyapun pecah. Randy membatu. Ia tak tega melihat ibunya menangis.

"Saudara Randy, mari ikut kami kekantor polisi"

***

Satu hari ia lewati. Satu minggu ia jalani. Hingga satu bulan anak satu satunya kembali kerumah.

"Ibu.. Maafkan Randy, bu. Randy hanya frustasi karna semua yang terjadi pada keluarga kita. Randy janji gak akan mnegulanginya lagi" Randy memeluk erat sang ibu yang masih menggunakan mukena. Ia tersenyum dan membalas pelukan sang anak.

"Ibu selalu berdo'a pada Sang Maha Kuasa. Agar kamu diberi ketabahan dalam mengahadapi segala cobaan. Ibu sangat merindukan putra ibu yang dulu. Putra ibu yang tak pernah berkelahi. Putra ibu yang selalu menolong sesama. Putra ibu yang gak pernah meninggalkan sholat. Putra ibu yang yang selalu patuh perintah agama."

Air mata Randy mulai membasahi mukena bu Ratih.

"Randy akan berusaha jadi putra ibu yang dulu. Ibu bantu Randy ya?"

Bu Ratih tersenyum lebar mendengar ucapan putranya.

***

Allah mengabulkan do'a bu Ratih. Randy kembali jadi anak yang baik seperti dulu. Dia tak lagi keluar malam untuk poyah poyah, tak lagi terdengar bisik bisik tetangga yang membuat panas hati dan telinga. Dan Randy kembali masuk sekolah disekolah baru.


Sungguh kuat hati sang ibu. Menahan rasa sakit yang terus menyiksanya. Do'a nya selalu dipanjatkan. Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya. Meski cobaan yang dihadapi begitu berat. Terima kasih ibu.. Aku menyayangimu dengan segenap hatiku..