Puluhan polisi berdatangan ke rumah Sinta. Gadis manis
dengan mata sipit yang baru saja kehilangan ayah dan ibu tercinta. Kedua orang
tuanya tewas terbunuh dikamarnya. Diding putih kamar orang tuanya penuh dengan
noda darah. Kini, dirumah itu hanya tersisa dia dan kakaknya. Pembantunya tewas
sebulan lalu karena dibunuh.
"Kak Yuda.. Sinta takut. Gimana kalo monster pembunuh
itu ngebunuh Sinta?"
"Kamu gak usah takut. Kita akan pindah kerumah bibi.
Monster itu tidak akan menemukan kita"
Yuda memeluk Sinta untuk menenangkannya. Sinta terlihat
sangat ketakutan karena kejadian ini.
***
Rumah bibi, menjadi tempat tinggal merea sekarang. Bibinya
sangat baik. Dia yakin bibinya akan melindunginya dan kakaknya.
"Sinta mau tidur sama kakak. Sinta takut
sendirian"
"Yaudah. Kamu tidur sama kakak. Kakak juga gak mau kamu
kenapa napa"
Mereka mulai membereskan tempat tidurnya. Yuda masih
memikirkan kata kata Sinta yang bilang orang tua mereka dibunuh seekor monster.
Itu mustahil. Mungkin Sinta hanya ketakutan.
"Kak.. Ayo main.."
"Iya.. Sebentar"
Mereka pergi kehalaman depan untuk bermain. Tempat ini cukup
luas untuk bermain.
"Sinta. Kakak mau tanya. Apa bener kamu melihat monster
yang ngebunuh ayah dan ibu?"
"Iya. Monster itu ada dua. Mereka mau ngebunuh Sinta.
Sinta berhasil membunuh keduanya. Sinta juga membunuh monster pembunuh Bi Ita.
Monsternya banyak. Sinta takut. Gimana kalo ada monter lain ngebunuh
Sinta"
Sinta membunuh monster? Ini aneh. Pikir sang kakak.
***
Tirai hari telah tertutup. Hanya lampu rumah dan bulan yang
menerangi tempat ini. Rumah bibi sangat terpencil. Dia hanya memiliki sedikit
tetangga.
Krek krekk
Terdengar suara suara aneh dari dapur. Mengagetkan Yuda yang
sedang tertidur. Yuda segera memeriksa keadaan Sinta. Tapi nihil. Sinta tidak
ada ditempat tidur.
"Sinta? Kamu dimana dek. Jangan bikin kakak
khawatir." Yuda berjalan ragu menuju dapur.
Jantungnya terus berdegup kencang ketika mendengar teriakan
bibinya.
"Si-sinta? Apa yang kau lakukan?"
Yuda terkejut meihat Sinta memegang pisau berlumuran darah
dan tubuh bibinya sudah tidak bernyawa.
"Monster ini mau membunuh Sinta, kak. Sinta takut"
Sinta menunjuk jasad bibinya.
Yuda mulai sadar, tidak ada monster yang membunuh orang
tuanya. Justru adiknyalah pembunuh itu. Sinta melihat orang tua dan bibinya
seperti melihat monster. Sebab itulah Sinta membunuh mereka. Sinta hanya
berdelusi. Yuda membatu. Tubuhnya sulit digerakan. Dia tidak percaya apa yang
ia lihat ini.
"Kak?"
Yuda memeluk Sinta tanpa rasa takut. Ia membuang pisau
ditangan adiknya itu.
"Besok, ikut kakak kesuatu tempat ya? Disana kamu akan
aman dari segala monster."
"Kita akan tinggal disana?"
"Kamu. Kakak harus mengusir monster itu dari keluarga
kita"
Yuda berencana membawa Sinta ke rumah sakit jiwa. Ia tidak
ingin Sinta membunuh orang lagi. Karena hanya Sintalah yang ia miliki.
Keluarganya sudah tewas terbunuh. Dan kini dia juga akan berpisah dari adiknya.
Setidaknya ia masih bisa menemuinya setiap hari.
The End