The White Death. Urban legend dari Scotlandia ini tengah
marak dibicarakan oleh murid murid SMA Tunas Bangsa. Namun, tak satupun yang
berani mencari tahu tentang legenda ini. Karna menurut cerita, siapapun yang
mencari tahu tentangnya akan dibunuh oleh seorang gadis kecil dalam cerita. Tak
satupun, kecuali Sinta. Murid kelas XI IPA I ini tidak percaya dengan cerita
itu. Dia ingin menbuktikan bahwa itu hanya cerita karangan yang dibuat orang
tua dulu agar anaknya tak sembarang membuka pintu untuk seseorang.
"Kalian ini seperti anak kecil saja. Masa percaya
dengan cerita ini?" Ucap Sinta enteng.
"Kamu gak percaya? Kan sduah ada buktinya. Anak kelas
XII Ipa sudah menjadi korbannya" Ucap salah seorang temannya takut.
"Alah.. Paling dia kekurangan obat obatan saja"
"Jelas jelas dia tewas dibunuh. Banyak luka
ditubuhnya"
"Terus, kalo dia tewas dibunuh, itu pasti perbuatan
gadis itu gitu?"
"Kata teman temannya dia diceritakan tentang legenda
ini. Tapi dia tidak percaya"
"Dia mencari tahu lewat situs internet. Saat malam,
tubuhnya sudah ditemukan tak bernyawa dan penuh dengan luka. Mengerikan"
"Itu artinya dia pintar karna tidak mau percaya cerita
bodoh itu. Tentang dia yang tewas dibunuh, mungkin saja itu perbuatan orang
yang membencinya"
"Kau ini. Sulit diberitahu"
"Gini aja. Aku akan mencari tahu tentang gadis itu.
Kalo besok aku masih hidup, artinya cerita itu hanya omong kosong."
"Jangan macam macam deh"
***
Saat sang rembulan muncul menggatikan sang mentari. Hanya
suara suara binatang dari lebatnya hutan yang terdengar. Terdengar merdu namun
cukup membuat merinding yang mendengar. Seperti alunan lagu kematian. Sinta
tengah sibuk dengan laptopnya mencari tahu tentang gadis itu. Dia ingin
membuktikan bahwa itu hanyalah sebuah karangan tak berguna.
"Kenapa sedikit sekali informasi yang bisa didapat. Apa
orang orang percaya dan gak berani membuat artikel tentangnya? Bodoh"
Sinta sedikit bosan melihat artikel yang itu itu saja. Sapai
akhirnya ia menemukan artikel yang berisi cerita lengkap mengenai White Death.
Ia membaca dengan serius. Ia mencoba menenangkan dirinya yang sedikit merinding
karna membaca ceritanya.
Tok tok tok
"Siapa yang malam malam gini bertamu? Apa jangan jangan
itu White Death? Jadi cerita itu benar? Matilah aku. Apa yang harus aku
lakukan? Mama.. Papa.. Tolongin Sinta. Sinta takut" Sinta menangis
memegangi bonekanya. Dia benr benar ketakutan.
"Sinta? Kamu didalam, nak? Ini bibi. Buka
pintunya"
Sinta merasa sangat lega mendengarnya. Untuk ada yang
melihatnya. Dia bisa mati karna malu atas kelakuannya.
"Bibi? Bikin kaget saja. Ada apa malam malam gini
bertamu?"
"Maafkan bibi. Bibi hanya mengantarkan titipan dari
mama kamu. Katanya dia belum bisa pulang sekarang. Mungkin minggu depan."
"Oh, yaudah, Bi. Makasih ya.."
Sinta memeprhatikan bibinya yang berjalan pulang. Sebelum
akhirnya bibinya hilang dalam kegelapan. Sinta kembali kedalam untuk membenahi
laptopnya.
Tok tok tok
"Pasti ada yang lupa dia ucapkan. Dasar pelupa."
Tok tok tok
Suara ketukannya semakin kencang.
"Iya, sebentar"
Saat Sinta membuka pintu, bukan bibinyalah yang ada didepan
pintu. Melainkan seorang hadis kecil yang memakai gaun kerajaan. Wajahnya pusat
pasi. Matanya menatap tajam. Seluruh tubuh terlihat sangat kotor. Gadis yang
aneh. Pikir Sinta.
"Ade kesini sama siapa?"
Gadis itu tidak menjawab. Dia menatap Sinta dengan tatapan
seperti ingin membunuh. Tak lama kemudian gadis itu tersenyum dan mengacungkan
pisau dihadapan Sinta. Membuat Sinta ketakutan dan berlari meunuju kamar.
"White Death.. Tolong aku"
Gadis itu bergerak dengan cepat. Seolah ada banyak White
Death dirumah itu. Sinta tak lagi bisa lari. Kini White Death berada tepat
dihadapan Sinta. Tersenyum manis. Sebelum ia mendorong Sinta keluar jendela.
"Maafkan aku, White Death" Setidaknya itulah yang
bisa ia ucapkan sebelum ua menghembuskan nafas terakhirnya.
***
Kejadian malam itu membuat gempar seisi sekolah. Tidak
terkecuali para guru. Mayat Sinta ditemukan diteras rumahnya dengan kepala
hancur. Sepertinya White Death
melemparnya dari lantai atas. Polisi memeriksa rumah Sinta
dan menemukan laptop yang masih menyala dan menunjukkan bahwa Sinta sedang
membaca The White Death Urban Legend. Pemerintah akhirnya menyuruh untuk
memblokir situs itu dan mengahpus semua artikel tentang The White Death.
The End