Cari...

Senin, 11 April 2016

Cerpen Randa Tapak (Dandelion)


 Seperti dandelion, wanita itu rapuh. Seperti dandelion, wanita ingin diperhatikan. Seperti dandelion, wanita ingin dilindungi. Seperti dandelion yang tertiup angin, terombang ambing tak tentu arah.

Fina. Gadis jelita penyuka bunga ini tak percaya adanya cinta senjati. Yang ia tahu, saat si perempuan terpuruk, 'yang mengaku' sebagai kekasihnya akan meninggalkannya. Menurutnya gadgetnya lebih setia dari pada laki laki diluar sana. Hinggga seorang pria berna Randy datang dan menghapus pendapatnya tentang cinta sejati.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Randy yang melihat Fina tengah sibuk dengan gadgetnya.

"Ah, ini, aku lagi buat artikel tentang filosofi dandelion" Jawab Fina sedikit kaget

"Dandelion? Kamu suka bunga dandelion? Itu kan bunga liar"

"Memangnya kenapa kalo itu bunga liar? Mereka terlihat cantik. Dan rencananya aku mau mengumpulkan beberapa bunga dandelion yang ada dipinggir jalan sana untuk kubawa pulang"

"Bawa pulang? Jangan bercanda. Dandelion itu kan rapuh. Tertiup angin aja udah rusak. Gimana mau bawanya?"

Fina mengeluarkan sebuah benda yang terbuat dari kaca dari dalam tasnya.
"Liat. Aku udah bawa toples untuk menaruhnya. Jadi bunganya gak akan rusak"

"Ada ada saja kau ini"

***

Ketika angin bertiup, beberapa kelopak bunga mulai berterbangan tak tentu arah. Menghipnotis siapapun yang melihat pemandangan indah tersebut. Tak terkecuali Fina yang sedang berusaha keras memetik bunga dandelion tanpa merusaknya. Sudah lebih dari 5 kali dia mencobanya, tapi selalu gagal.

"Hahaha.. Gimana? udah banyak dandelion yang mau dibawa pulang" Ejek Randy yang tiba tiba datang entah dari mana.

"Hei! Kalo kamu gak mau bantu aku, seenggaknya menggangguku" Fina berusaha untuk tetap konsentrasi memetik bunga itu.

"Sudahlah, kamu gak aka bisa memetik dandeli.."

"Yeah! Berhasil! Akhirnya aku bisa memetiknya tanpa merusaknya"

"Baru satu aja udah bangga. Aku bisa metik lebih
banyak dari ka.."

"Buktikan!"

"Oke. Tapi kalo aku bisa, kamu harus jadi pelayanku selama seminggu"

"Ya ya ya.. Buktikan"

Randy paling tidak suka diremehkan, apalagi oleh seorang perempuan. Antara yakin dan tidak yakin, Randy berusaha melakukannya. Namun, baru selangkah ia maju, kakinya tersandung dan ia jatuh ditempat dandelion dandelion itu berada. Hingga membuat dandelion dandelion itu rusak, termasuk yang dandelion yang susah payah Fina petik.

"Dandelionku.." Fina sedih melihat dandelionnya yang telah rusak.

"Uhm.. Maaf, aku gak sengaja"

"Aku gak mau tahu. Karna kamu udah ngerusak semua dandelion disini, kamu harus nerima hukuman"

"Hukuman? Hukuman apa? Ini kan cuma bunga liar. Masa aku harus dapet hukuman"

"Kamu harus kumpulin bunga dandelion dan kasih ke aku setiap hari sabtu. Titik"

"What? Kamu bercanda? Aku harus ngambilin bunga dandelion ini dipinggir jalan sendirian?"

Fina tidak menggubrisnya. Dia langsung pergi dengan kesal.

***
Randy terus meratapi nasibnya yang harus jongkok dipinggir jalan dan memetik dandelion setiap hari sabtu. Bila tidak dituruti, Fina akan mengadukannya pada orang tuanya. Dia tidak ingin orang tuanya datang dan menjemputnya.

"Ah.. Yang benar saja.. Haruskah aku..?"

'And at last I see the light
And it's like the fog has lifted
And at last I see the light
And it's like the sky is new'

"Hallo. Dengan Randy disini"

"Maaf, mas. Saya dari kepolisian. Saya ingin memberitahu bahwa saudari Fina mengalami kecelakaan. Dan sekarang ia dirawat dirumah sakit Bakti Husada. Saya minta tolong kepada anda untuk memberitahukan kepada keluarganya"

"Fi-fina? Uhm.. Terima kasih, pak atas kabarnya" Randy langsung berlari kemotornya dan langsung tancap gas menuju rumah sakit.

***

Randy tak kuasa menahan tangis ketika meihat orang yang disayang terkulai lemah dengan beberapa alat dokter ditubuhnya.

"Fina.. Maafkan aku"

"Permisi, mas. Apa Anda saudara keluarga saudari Fina?" Tanya seorang dokter.

"Saya teman kuliahnya, dok" Jawab Randy sambil menyeka air matanya.

"Saudari Fina mengalami luka yang cukup serius sehingga harus mendapatkan perawatan intensif. Kini saudari Fina sedang mengalami koma. Saya hanya bisa berdo'a semoga Tuhan memeberi kekuatan pada saudari Fina agar dapat kembali sadar."

"Koma, dok?" Air mata Randy tak dapat dibendung lagi. Ia menangis sejadi jadinya tanpa memperdulikan keadaan disekitar.

"Sabar ya, mas. Fina pasti bisa sembuh. Saya harus pergi. Jika ada perkembangan sedikit apapun, cepat hubungi saya"

Randy tidak menghiraukan perkataan dokter tersebut. Dia langsung masuk keruang tempat Fina dirawat.

"Fina.. Sadarlah..Aku mohon"

***

Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi disatu detik mendatang. Kita juga tak bisa menyesal dan berharap bisa memutar balikan waktu.

Setelah kejadian itu, setiap hari sabtu Randy membolos untuk memetik bunga dandelion untuk diberikan kepada Fina yang masih koma dirumah sakit.
Satu bulan sudah berlalu. Kini, kamar Fina penuh dengan bunga dandelion lengkap dengan toplesnya pemberian Randy.

"Fin.. Aku bawain bungan dandelion lagi nih untuk kamu. Kamu cepet sadar ya. Supaya aku bisa ceritain semua pengalamanku saat memetik bungan liar ini. Mulai dari tersiram air dijalan, dimarahin satpam, sampai hampir tertabrak truk. Untung aku hebat, jadi bisa menghindar. Hehe" Randy selalu bercerita banyak hal pada Fina. Walau dia tahu Fina tak akan menyahut walau hanya satu kata.
Randy menggenggam erat tangan Fina dan menciuminya.

"Kamu cepet sadar donk. Aku gak bisa kayak gini terus. Aku.. Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu"

"Bener kamu sayang sama aku?"

"Fina? Kamu udah sadar?"

"Fina sudah sadar dari tadi malam. Dia terus nyariin kamu" Ucap Ibu Fina yang tiba tiba datang.

"Kok gak ada yang ngabarin aku?"

"Aku yang nyuruh.. Cepet jawab. Kamu bener sayang sama aku? Karna aku.. Aku juga sayang sama kamu."

"Iya, aku sayang sama kamu. Sayang banget.."
Randy memeluk Fina tanpa merasa malu pada orang tuanya. Yah, memang orang tuanya sudah tahu tentang kedekatan mereka.

Epilog

"Mau kita kasih nama apa anak kita ini?" Tanya Fina pada Randy

"Bagaimana kalo dandelion. Supaya dia bisa bikin mamanya senang"

"Kamu ini.. Tapi oke juga"

"Pagi Dandelion. Kalo udah besar, jangan nakal ya kayak mama kamu" Fina mencubit Randy karna ucapannya


The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar